pp jakarta bogor itu nggak sedeket kaya botani ke pmi. jauuuuh banget, lamaaa pula. apalagi kalo misalnya kereta gangguan. bah, nginep kayaknya di kereta :| jadi, daripada bengong gajelas, gue suka bikin cerita pendek gitu. ceritanya sih, mau ngikutin vale itu *dikeplak vale gegara ngikutin* yah, tapi gak sebagus vale punya sih .___.v
oh iya, betewe thanks ya le udah bantuin gue bikin skenario buat tugas. uh emang temen gue paling unyu valerie ini :*
so, ini dia beberapa yang gue buat. boleh ketawa, soalnya isinya galaaaaau semua. yak malum lah ya, belom punya pa*some text missing*
#1
oh iya, betewe thanks ya le udah bantuin gue bikin skenario buat tugas. uh emang temen gue paling unyu valerie ini :*
so, ini dia beberapa yang gue buat. boleh ketawa, soalnya isinya galaaaaau semua. yak malum lah ya, belom punya pa*some text missing*
#1
Merindukanmu itu sulit sekali dilalui, setara dengan bencana
alam dasyat yang menimpa negriku. Rasanya seperti sebuah celengan tanpa koin,
kosong. Seperti luka yang belum kering, terasa sekali rasa perihnya. Perih
tidak melihatmu dengan bola mataku sendiri.
Jadi, kamu masih meragukan betapa pentingnya dirimu untukku?
Penting. Satu kata dengan arti yang mendalam menurutku.
Tanpamu, aku hampa. Tanpamu, aku sepi. Dan tanpamu, aku tidak akan sempurna.
Meski, berlebihan aku berkata bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu.
Namun, itulah yang kurasakan saat ini.
Buat apa aku berbohong tentang perasaanku?
Katanya, cinta itu saling melengkapi. Seperti kanvas dan
kuas beserta catnya. Kanvas kosong tidak pernah terlihat indah. Maka kanvas
membutuhkan bantuan cat dan kuas untuk melengkapinya, membuatnya indah. Dengan
begitu, kanvas terlihat sempurna, menjadi sebuah lukisan. Begitu juga dengan
hati. Dia membutuhkan sesuatu yang bisa mengisi kekosongan yang ada. Sesuatu
yang membuatnya menjadi sempurna, lengkap, dan indah. Sesuatu itu bernama
cinta, dan kamulah yang bisa memberikannya.
and than, about us...
and than, about us...
Menikmati buliran kenangan yang jatuh satu-persatu ke bumi
ini, membasahi tubuhku yang sengaja berdiri untuk menikmati sensasinya. Satu
demi satu bulir kenangan itu menunjukkan sebuah kenangan penuh emosi, yang
kubiarkan mengalir dalam benakku. Tanpa sadar aku tersenyum, dan membiarkan
buliran emosi bercampur dengan tetesan tangis awan bersatu, tanpa ada yang tau.
Semakin lama, tangisan awan semakin mereda meski suaranya malah bertambah
deras, memaksaku membuka mata dan melihat apa yang terjadi. Tangan besar itu
tepat berada di atas kepalaku, menghalangi tetesan hujan ke tubuhku. Dan,
ciptaan sempurna Tuhan berdiri di belakangku, tertawa geli kepadaku.
"Apa yang kamu lakukan?" Pelan, namun pasti suara
itu menggelitik pendegaranku. Tangan yang satunya lagi ikut melaksanakan
tugasnya menutupi kepalaku, sambil berbisik lembut. "Gawat kan kalo sampai
terkena flu"
Aku hampir saja terjatuh, saking lembutnya suara itu
ditelingaku.
"Aku tau kamu menyukainya, tapi setidaknya bawalah
payung"
"Untuk apa? Bukannya beginilah cara menikmati
hujan?" Aku melawan tatapan teduhmu. Senyum yang selalu membuatku tenang
muncul lagi. Dan lagi-lagi, aku dibuat terpesona olehnya.
"Apa yang kau tunggu?" Tanyanya padaku. Aku tersenyum
kecil, menunjuk pada sebuah gerbang biru berbentuk hati yang tertutup rapat.
"Aah, kau menunggunya terbuka"
Ya, menunggu berapa lama hati itu bisa terbuka untukku.
"Menepilah, hujannya makin deras" suaramu nyaris
tertutup oleh suara hujan turun, tapi aku mendengarnya. Aku menggeleng kecil,
tidak ingin kalah dengan hujan yang semakin deras.
"Aku masih ingin disini"
Untuk menunggu.
"Kau tidak mau pulang?" Tanyamu heran. Aku
lagi-lagi menggeleng kecil. Senyum kecilku tidak selaras dengan isi hatiku.
Aku tidak bisa pulang, rumahku sudah ada yang memilikinya.
"Baiklah" kata itu merupakan kata terakhir yang
kamu ucapkan. Kamu meninggalkan tangganmu pelan-pelan dari atas kepalaku, lalu
pergi, menghilang dari pandanganku yang semakin kabur oleh air hujan.
percakapan tengah malam
Malam ini terjadi lagi, kejadian tiga tahun yang lalu.
Namun, semuanya telah berbeda dari sebelumnya, meski aku masih mengaharapkanmu.
Namun, kamu sudah tidak mengaharapkan gadis itu, dan gadis itu sudah sangat
berbeda jauh dari gadis yang kita kenal dahulu.
Sadarkah kamu, hanya kita yang tidak berubah?
Hanya kita berdua yang masih tertawa dengan suara yang sama,
bercerita dengan intonasi yang sama, dan menatap dengan tatapan yang masih
sama.
Lalu, kenapa gadis itu lagi yang merebut perhatianmu?
Mendengar gadis itu membutuhkanmu, rasanya sakit sekali.
Seakan memang dewi fortuna sangat sayang pada gadis itu. Dan aku selalu kasat
mata diantara kalian. Ingin rasanya aku egois, ingin sekali mendapat perhatian
darimu, seperti yang gadis itu dapatkan. Namun, bisa apa aku?
Bisakah sekali saja, dewi fortuna berteman denganku? Bisakah
aku merasakan kebahagiaan yang gadis itu dapatkan dari kamu?
Gadis yang sangat rapuh! Sadarlah, kamu sendiri yang
mengubah keadaan seperti ini! Dan kali ini, kamu mengharapkan keadaan seperti
sebelumnya? Lalu, kapan aku bisa menikmati apa yang pernah kamu rasakan? Kenapa
harus aku lagi yang mengalah?
Ck, aku egois sekali.
Mau menangispun, percuma. Air mataku tidak akan bisa
membalikkan semuanya. Tidak akan bisa mengubah keadaan. Mau berteriakpun,
tidak akan bisa mengubah segalanya.
Dan kamu akan terus mengkhawatirkan gadis itu. Karena gadis
itu pernah ada di hatimu. Dan aku hanya diam menonton momen yang terjadi
sembari sibuk menghapus air mata. Karena, aku tidak pernah ada di hatimu.
sampai kapan Tuhan, aku bisa keluar dari lingkaran ini dan
mendapatkan kebahagiaanku sendiri?
-sori kalo masih jelek, namanya juga masih newbie-
note: ternyata postingan ini udah ada di draft entah dari kapan. cuma belom di posting aja gara-gara empunya blognya belom berani. he. hehe. hehehe.
-sori kalo masih jelek, namanya juga masih newbie-
note: ternyata postingan ini udah ada di draft entah dari kapan. cuma belom di posting aja gara-gara empunya blognya belom berani. he. hehe. hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar